Sebagai ibu kota negara, Jakarta memiliki sejarah panjang dalam perkembangan transportasi umum. Berbagai jenis transportasi telah hadir dan menghilang seiring berjalannya waktu.

Berikut ini adalah beberapa alat transportasi umum yang pernah eksis di Jakarta:

1. Delman

Pada awal masa kolonial, delman adalah alat transportasi umum yang digunakan oleh masyarakat Indonesia termasuk Batavia. Moda angkutan menggunakan tenaga kuda ini, saat ini digunakan sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan di beberapa objek wisata di Jakarta.

2. Trem

Jakarta pernah memiliki trem, layaknya yang ada di negara-negara Eropa. Trem pertama kali hadir pada 1869 dan dioperasikan dengan tenaga kuda. Barulah pada 1881 trem uap dibawah naungan Stoomiram Mij (maskapai trem uap) dioperasikan dengan rute Glodog, Harmoni, Pasar Baru, Senen, Kramat.

Pada 1897, Electrische Tram Mij (maskapai trem listrik) mulai beroperasi. Namun, pada awal 1960an trem tidak lagi beroperasi di Jakarta.

3. Becak

Becak merupakan moda transportasi yang muncul sejak tahun 1930an. Sempat berdampingan dengan Trem, moda angkutan becak musnah sekitar dekade tahun 1990an.

4. Oplet

Oplet beroperasi di Jakarta sejak tahun 1930. Dahulu operasi oplet terbatas di Jakarta Timur dan Depok yakni daerah Kramat Jati, Cijantung, Cibubur dan Cilangkap juga Cisalak. Sejak tahun 1950-an dengan izin trayek resmi, oplet beroperasi di hampir seluruh wilayah Jakarta.

Tahun 1979 izin trayek tersebut dihapuskan dan kemudian digantikan fungsinya oleh Mikrolet, Metromini maupun Koperasi Wahana Kalpika (KWK).

5. Bemo

Bemo (singkatan dari ‘BEcak MOtor’) merupakan kendaraan bermotor roda tiga yang biasanya digunakan sebagai angkutan umum sejak awal tahun 1962 di Jakarta. Bemo sendiri menggunakan Daihatsu Midget MP4 sebagai platform dasarnya.

Pada tahun 1970-an, bemo akhirnya harus menyerah karena dilarang beroperasi di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Meski begitu, bemo masih bisa ditemui di wilayah pelosok atau pinggiran kota Jakarta hingga tahun 2000-an.

6. Bus Kota

Pada tahun 1969, Indonesia mendapatkan bantuan sekitar 4000 unit bus merek Dodge yang merupakan buah bantuan dari Amerika hingga tahun 1974. Bus Dodge ini dikelola oleh Perusahaan Umum Pengangkut Penumpang Djakarta (Perum PPD) dan sejumlah perusahaan operator swasta.

Bus ini cukup legendaris lantaran masih mengaplikasi ‘moncong’ atau ‘hidung’ sebagai ruang mesin. Sepak terjang bus Dodge inipun berakhir pada tahun 1980-an dan diganti oleh bus buatan Jepang dan Eropa.

7. Bus Tingkat

Bus tingkat pertama kali mengaspal di Jakarta pada 1968. Bus ini didatangkan langsung Layland Titan generasi ketiga dari Inggris. Pada 1982 peran Bus Layland ini digantikan oleh saudara mudanya, yaitu Leyland Atlantean.

Leyland Atlantean menjadi generasi kedua bus tingkat di Indonesia. Bus tingkat ini pensiun melayani warga Jakarta pada pertengahan 1990-an karena usia armada yang mulai uzur.

8. Helicak

Tahun 1970, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu mencanangkan helicak sebagai pengganti becak dengan menggunakan tenaga mesin. Helicak merupakan singkatan dari Helikopter Becak.

9. Metromini

Kalau kamu besar di Jakarta pada era 80’an hingga 90’an akhir, kamu pasti pernah melihat Metromini berlalu lalang di jalan raya. Meski kerap ugal-ugalan dan jadi penyebab kamacetan, metromini tetap jadi andalan karena tarifnya yang murah meriah.

10. Patas AC Steady Safe

Bus Patas AC pertama kali hadir pada tahun 1992. Bus ini menggunakan pabrikan Marcedes Benz asal Jerman dan karoserinya dibuat di Volgren, Australia.

Bus satu ini memiliki tampilan badan bus yang terbuat dari alumunium dengan striping dan warna yang bisa kita kenali. Dari sisi interior, ada kotak ongkos di sebelah kiri supir dan jika penumpang ingin turun tinggal memencet bel untuk memberi tahu supir.

Namun sayangnya seiring berjalannya waktu, kiprah bus ini mulai tergeser oleh bus Transjakarta.

Dengan melihat sejarah transportasi umum di Jakarta, kita dapat melihat bagaimana perkembangan kota ini seiring berjalannya waktu. Meski beberapa alat transportasi tersebut sudah tidak ada lagi, namun jejak mereka tetap menjadi bagian dari sejarah perkembangan transportasi di Jakarta.