Uya Kuya dan Istrinya Ditegur saat Membuat Konten di Depan Rumah Korban Kebakaran LA
Uya Kuya dan keluarganya yang berada di Los Angeles, Amerika Serikat, terus memberikan informasi mengenai situasi pasca kebakaran besar yang melanda wilayah tersebut beberapa hari lalu.
Namun, tindakan mereka membuat konten di depan rumah-rumah yang terbakar menuai kritik dari warga setempat.
Dalam sebuah video yang diunggah oleh pemilik rumah melalui akun TikTok @carolinaramirez, terlihat Uya Kuya dan istrinya, Astrid Kuya, sedang membuat konten dengan latar belakang rumah yang hangus akibat kebakaran.
Pemilik rumah tersebut mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap orang-orang yang mengambil foto dan merekam kondisi rumah para korban kebakaran, termasuk Uya Kuya sekeluarga.
“Saya suka orang-orang memotret seolah-olah mereka orang berpengaruh. Tapi, ini konyol. Pertama kemarin keluarga bangsawan, sekarang orang-orang ini,” ujar pemilik rumah tersebut.
Ia merasa tindakan Uya Kuya dan keluarganya tidak menghargai perasaan kehilangan yang dialami para korban kebakaran.
Lebih lanjut, pemilik rumah tersebut menambahkan bahwa orang-orang seperti Uya Kuya tidak memahami kesulitan yang dialami para korban, termasuk kerugian materiil yang harus diganti.
“Mereka tidak memahami apapun yang sedang kami alami. Mereka tidak merasa kesulitan karena harus mengganti semua itu,” katanya.
Lihat postingan ini di Instagram
Sebelumnya, Uya Kuya dan keluarganya memang aktif membagikan situasi terkini terkait kebakaran di Los Angeles melalui media sosial.
Mereka juga terlibat dalam kegiatan bantuan, seperti yang dilakukan oleh putrinya, Cinta Kuya, yang membagikan makanan gratis kepada korban kebakaran.
Namun, tindakan mereka tidak selalu mendapat respons positif. Beberapa warganet mengkritik dan mendesak Uya Kuya untuk turut memberikan bantuan kepada pihak lain yang juga membutuhkan, seperti Palestina.
Kebakaran di Los Angeles sendiri telah menyebabkan kerusakan parah, dengan ribuan rumah hangus dan banyak warga kehilangan tempat tinggal. Situasi ini menuntut empati dan sensitivitas dari semua pihak, terutama dalam menyikapi penderitaan para korban.