Gaza kembali berduka. Pada Kamis pagi, 17 Juli 2025, satu-satunya gereja Katolik di wilayah tersebut, Gereja Keluarga Kudus, menjadi sasaran serangan militer Israel yang menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai sejumlah lainnya.

Gereja yang selama ini menjadi tempat perlindungan bagi komunitas Kristen minoritas di Gaza kini porak-poranda, menyisakan luka mendalam bagi para pengungsi dan umat beriman.

Menurut pernyataan Patriarkat Latin Yerusalem, serangan tersebut terjadi secara tiba-tiba dan menghantam kompleks gereja yang saat itu menampung ratusan pengungsi, termasuk anak-anak dan penyandang disabilitas.

Di antara korban luka adalah Pastor Gabriel Romanelli, seorang warga Argentina yang telah melayani di Gaza selama hampir tiga dekade.

Militer Israel mengakui bahwa amunisi mereka secara tidak sengaja mengenai gereja tersebut selama operasi militer di wilayah Gaza Utara.

Mereka menyatakan penyesalan atas insiden tersebut dan berjanji akan melakukan penyelidikan menyeluruh. Namun, pernyataan ini tidak meredakan kemarahan internasional.

Paus Leo XIV menyampaikan belasungkawa mendalam dan menyerukan gencatan senjata segera.

“Menargetkan tempat suci yang menjadi perlindungan warga sipil adalah pelanggaran terhadap martabat manusia,” ujar Paus dalam pernyataan resmi Vatikan.

Reaksi keras juga datang dari Italia. Perdana Menteri Giorgia Meloni menyebut serangan terhadap warga sipil dan tempat ibadah sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.

Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, turut mengutuk serangan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap kebebasan beragama.

Gereja Keluarga Kudus selama ini dikenal memiliki hubungan erat dengan mendiang Paus Fransiskus, yang rutin berkomunikasi dengan Pastor Romanelli selama konflik berlangsung.

Serangan ini bukan yang pertama; pada Desember 2023, dua perempuan dilaporkan tewas akibat tembakan sniper Israel di dalam gereja.

Dengan jumlah umat Katolik di Gaza yang diperkirakan hanya sekitar 135 orang dari dua juta penduduk, serangan ini menjadi pukulan telak bagi komunitas Kristen yang telah lama hidup dalam bayang-bayang konflik.