Sebanyak 105 orang dilaporkan tewas dan ribuan orang lainnya luka-luka akibat kerusuhan besar-besaran yang terjadi di Bangladesh, hingga Minggu (21/7/2024).

Kerusuhan tersebut dipicu karena ketidakadilan pemerintah yang memberikan karpet merah kepada para keluarga veteran untuk masuk sebagai pegawai negeri.

Dilansir dari New York Times, terhitung sejak 1 Juli 2024, Mahasiswa Universitas Dhaka melakukan demonstrasi untuk memprotes karpet merah orang dalam (ordal) di pemerintahan Bangladesh.

Demonstrasi itu pun kemudian menyebar ke universitas lainnya.

Para mahasiswa tersebut meminta agar diberlakukannya skema berbasis prestasi.

Diketahui, pemerintah Bangladesh saat ini memberlakukan sistem kuota yang memberikan hingga 30 persen pekerjaan di lingkup pemerintah kepada keluarga veteran perang 1971.

Sistem diskriminatif ini dianggap hanya menguntungkan anak-anak pro-Perdana Menteri Sheikh Hasina dan sebaliknya merugikan anak-anak berprestasi.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam demonstrasi berujung kekerasan di Bangladesh.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Judha Nugraha, mengatakan seluruh WNI di Bangladesh dalam keadaan aman dan selamat.

“Kedutaan Besar RI (KBRI) Dhaka telah menjalin kontak dengan para WNI di Bangladesh. Hingga saat ini kondisi mereka tetap aman dan selamat,” kata Judha dalam keterangan resmi, Jumat (19/7).