RAGAMCERITA.COM – Musim kemarau yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia membawa dampak bagi Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, Jawa Tengah. Debit air waduk yang menyusut mengungkapkan pemandangan yang jarang terlihat, yaitu makam-makam kuno yang berada di dasar waduk.

Makam-makam kuno tersebut berbentuk persegi panjang dan dibuat bertumpuk dengan ukuran yang berbeda. Hampir semua kijingnya berwarna putih dan menyerupai batu kapur. Beberapa di antaranya masih utuh, namun ada juga yang rusak atau berserakan akibat terkikis air.

Salah satu lokasi makam kuno yang muncul saat air surut adalah di Lingkungan Jaban, Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro. Di sana, terdapat sekitar 20 makam kuno yang bisa dilihat dengan jelas. Menurut Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, makam-makam itu sudah ada sebelum proyek pembangunan Waduk Gajah Mungkur dimulai pada tahun 1976.

“Warga dipindahkan tapi makamnya tetap di situ. Makam 1970 akhir baru ditinggalkan (warga), bedhol (desa). Jadi bukan makam kuno banget sebenarnya. Kisaran 1970-an itu,” kata Dennys.

Dennys menambahkan, makam yang muncul di perairan Waduk Gajah Mungkur saat musim kemarau tidak hanya di satu lokasi. Menurutnya, dahulu ada puluhan desa yang mana setiap desa memiliki makam. “Ada puluhan (lokasi makam yang muncul), yang nampak bisa dilihat dari bulannya dan saat air surut. Dulu kan ada bekas permukiman, area pertanian, sungai dan fasilitas umum. Ada puluhan desa yang tenggelam,” jelas dia.

Alasan mengapa makam-makam itu berwarna putih, menurut Dennys, adalah karena di daerah Wonogiri bagian selatan banyak batuan kapur. Waktu itu, banyak batuan kapur yang juga dimanfaatkan untuk tatanan rumah. “Biasanya memang (kijing pada 1970-an) pakai batu putih, batuan kapur. Kalau sekarang banyak yang menggunakan semen,” kata Dennys.

Pembangunan Waduk Gajah Mungkur sebagai waduk serbaguna ini dilakukan sejak tahun 1964 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 17 November 1981. Waduk ini melibatkan 2.800 pekerja, termasuk 35 ahli dari Jepang sebagai penasihat. Anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan Waduk Gajah Mungkur mencapai Rp 55 miliar, di antaranya Rp 34 miliar dari APBN dan sisanya merupakan bantuan Pemerintah Jepang.

Waduk ini memiliki luas 88 kilometer persegi dan mampu menampung debit air hingga 750 juta meter kubik. Dengan ukuran dan daya tampung tersebut, Waduk Gajah Mungkur menjadi waduk terbesar di Jawa Tengah dan salah satu yang terbesar di Indonesia. Keberadaan waduk ini diharapkan bisa mengendalikan banjir di hilir sungai Bengawan Solo, mengairi daerah irigasi seluas 23.200 hektar, dan mampu menghasilkan 12,4 MW tenaga listrik.

Namun, pembangunan waduk ini juga menelan korban jiwa dan mengorbankan sekitar 41.000 warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri. Mereka harus dipindah atau transmigrasi ke daerah lain, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Selain itu, waduk ini juga mengancam kelestarian situs-situs bersejarah yang ada di bawahnya, seperti makam kuno, candi, dan prasasti.

Makam kuno yang muncul di Waduk Gajah Mungkur menjadi saksi bisu dari sejarah dan misteri yang terkandung di dalamnya. Meski tidak terlalu tua, makam-makam itu tetap memiliki nilai sejarah dan budaya yang perlu dilestarikan. Semoga fenomena ini bisa menjadi perhatian bagi pemerintah dan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan warisan leluhur kita.

@ares_mun

#makamkuno #wadukgajahmungkur #fenomena #viral #misteri #angker #transmigrasi

♬ Tanah Airku – Kotak