Gelombang dukungan terhadap Indonesia mengalir dari berbagai penjuru dunia setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengancam sanksi atas penolakan Indonesia terhadap kehadiran atlet Israel dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025.

Sikap IOC dinilai sebagai bentuk standar ganda dan memicu kecaman dari aktivis, netizen, hingga pemerintah asing.

Penolakan Indonesia terhadap enam atlet Israel yang hendak bertanding di Jakarta memicu reaksi keras dari IOC.

Lembaga olahraga dunia itu menghentikan sementara negosiasi dengan Indonesia dan merekomendasikan agar semua federasi olahraga internasional tidak menggelar kompetisi di tanah air hingga masalah ini diselesaikan.

Namun, langkah IOC justru memicu solidaritas global.

Aktivis Yahudi pro-Palestina, Alon Mizrahi, menyatakan bahwa Indonesia disanksi sebelum Israel, dan menyerukan agar dunia olahraga segera “didekolonisasi.” Di media sosial, tagar dukungan terhadap Indonesia dan boikot Olimpiade ramai digunakan.

Komentar seperti “Saya boikot olimpiade. Saya mendukung Indonesia. Bebaskan Palestina” dan “IOC sekarang cuma lelucon, kan?” menjadi viral.

Pemerintah Rusia turut angkat suara. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut sikap IOC sebagai bentuk ketidakadilan.

Ia membandingkan dengan perlakuan terhadap atlet Rusia yang kerap ditolak di berbagai ajang internasional tanpa konsekuensi serupa dari IOC.

Di dalam negeri, pemerintah Indonesia belum memberikan tanggapan resmi atas ancaman sanksi tersebut. Namun, sikap tegas terhadap kehadiran atlet Israel dinilai sejalan dengan konsistensi diplomasi Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina.