Kunjungan Presiden Indonesia Prabowo Subianto ke Prancis dalam rangka perayaan Hari Nasional Bastille Day mendapat sorotan dari parlemen Malaysia.

Dalam sidang Dewan Rakyat, anggota parlemen Wan Ahmad Fayhsal Wan Ahmad Kamal menyampaikan keprihatinannya atas sambutan yang diterima Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang dinilai kurang meriah dibandingkan Prabowo.

Ahmad Fayhsal menyoroti bahwa Anwar, meski menjabat sebagai Ketua ASEAN tahun ini, hanya disambut oleh pejabat tingkat rendah saat berkunjung ke Prancis.

Sebaliknya, Prabowo dijemput langsung oleh Presiden Prancis dan mendapat sambutan kenegaraan yang lebih tinggi.

Ia juga mengkritik minimnya liputan media Prancis terhadap kunjungan Anwar, menyebutnya sebagai “missed opportunity” dalam diplomasi Malaysia.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Malaysia, Mohamad Hasan, menjelaskan bahwa kunjungan Anwar bukanlah kunjungan resmi, melainkan persinggahan dalam perjalanan menuju KTT BRICS di Brasil.

Meski demikian, Anwar tetap mendapat kehormatan untuk memeriksa barisan prajurit dan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Emmanuel Macron.

Macron menyebut kunjungan Anwar sebagai momen penting, menandai kebangkitan kemitraan kedua negara setelah 15 tahun.

Diskusi antara keduanya mencakup isu strategis seperti perdagangan, energi terbarukan, pertahanan, dan teknologi digital.

Polemik ini mencerminkan harapan sebagian anggota parlemen Malaysia agar diplomasi negara lebih aktif dan strategis dalam menjalin hubungan internasional, terutama dengan kekuatan besar seperti Prancis.