Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte diberitakan ancam bunuh Presidennya, Ferdinand Marcos Jr alias Bongbong Marcos, dalam konferensi daring, Sabtu (23/11).

Sara secara terang-terangan menyampaikan bahwa ia telah menyewa pembunuh bayaran untuk mengeksekusi mati Bongbong Marcos beserta keluarga dan orang kepercayaannya.

Perintah tersebut dikatakan Sara akan dilaksanakan apabila ia terbunuh terlebih dahulu.

“Saya telah berbicara dengan seseorang. Saya berkata, jika saya terbunuh, bunuhlah BBM [Marcos], [ibu negara] Liza Araneta dan [ketua DPR] Martin Romualdez,” ujar Sara dikutip dari AP News, Senin (25/11).

Bahkan ia juga mempertegas bahwa dirinya tidak main-main dengan perintah tersebut.

“Tidak main-main. Tidak main-main, Saya berkata, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka, dan kemudian dia mengiyakan.” sambung Sara.

Usai pernyataan tersebut, Komando Keamanan Presiden meningkatkan keamanan Marcos dan mengatakan bahwa mereka menganggap ancaman wakil presiden yang dilontarkan Sara sebagai masalah keamanan nasional.

Komandan Keamanan Presiden juga mengatakan bahwa mereka berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum untuk mendeteksi, menghalangi, dan mempertahankan diri dari setiap dan semua ancaman terhadap presiden dan keluarganya.

Sara Duterte sendiri kemudian mengklarifikasi pernyataannya dan mengatakan bahwa itu bukanlah ancaman yang sebenarnya, melainkan hanya ungkapan keprihatinan atas ancaman terhadap hidupnya.

“Jika saya mengungkapkan keprihatinan itu, apakah mereka akan mengatakan bahwa itu adalah ancaman terhadap kehidupan presiden?” katanya.

“Untuk apa saya membunuhnya jika bukan karena balas dendam? Tidak ada alasan bagi saya untuk membunuhnya. Apa untungnya bagi saya?” kata Duterte kepada para awak media.

Sementara menanggapi ancaman tersebut Bongbong Marcos menilai Sara Duterte telah melakukan ancaman yang sembrono dan meresahkan.

Dalam sebuah pesan video yang disampaikan kepada rakyat Filipina, Marcos tidak menyebutkan nama Wakil Presiden Sara Duterte, wakil presidennya, namun mengatakan “rencana kriminal seperti itu tidak boleh diabaikan”.

“Pernyataan-pernyataan yang kami dengar pada hari-hari sebelumnya sangat meresahkan,” kata Marcos pada (25/11).

“Ada penggunaan kata-kata kotor dan ancaman yang sembrono untuk membunuh beberapa dari kami.”