Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun bernama Mahir Behlulovic menjadi satu-satunya murid di sekolahnya di desa Petrovici, di Bosnia.

Desa Petrovici memang jarang dihuni sejak perang antaretnis pada tahun 1992-1995. Kondisi ini membuat jumlah penduduk, khususnya anak-anak usia sekolah, menjadi sangat sedikit. Akibatnya, Mahir menjadi satu-satunya siswa di sekolah desa tersebut.

Meski demikian, sekolah tersebut tetap beroperasi. Ibu Mahir, Azema Behlulovic, selalu membantu putranya mengemas tas, lalu mengantar sampai ke sekolah.

Fakta bahwa putranya adalah satu-satunya anak di sekolah sempat membuat Azema merasa sedih. “Tapi sekarang saya melihat dia punya teman, yaitu gurunya, dan dia menikmati masa sekolahnya,” kata Azema.

Guru Mahir, Samir Kopic, kini menjadi satu-satunya teman Mahir di sekolah. Setiap hari, keduanya saling menyapa dengan pelukan sebelum pelajaran dimulai. Kopic terbiasa mengajar kelas yang terdiri dari 20 anak atau lebih. Jadi, mengajar satu anak laki-laki di sekolah juga menjadi sebuah tantangan baginya.

“Pada hari pertama mengajar, saya berdoa agar bisa menjalin komunikasi yang baik dengan Mahir. Untungnya, Mahir adalah anak yang komunikatif. Kami selalu menemukan hal-hal baru untuk dibicarakan,” kata Kopic.

Meski hanya memiliki satu siswa, sekolah di desa Petrovici ini tetap berkomitmen untuk memberikan pendidikan terbaik bagi Mahir. Kisah ini menjadi bukti bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap anak, tidak peduli berapa jumlah siswa di sekolah tersebut.